Hai!

Selamat datang di laman Pondok Benda Peduli Kesehatan Jiwa. Di sini, kamu dapat mendapat informasi mengenai kesehatan jiwa dan kiat-kiat mengatasinya. Telusuri melalui sematan di bawah ini untuk mempelajari lebih lanjut.

Tentang Kami

Laman ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata Tematik Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDG’s Desa dengan tema Desa Sehat dan Sejahtera yang digelar oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2022. Secara lebih lanjut, merupakan program individual yang dirancang oleh Ariqa Muqsitha Syafitri (1903975), selaku mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI, dari Kelompok KKN 139 dengan bimbingan Bapak Dr. H. Abubakar, M.Pd. (196606021998021001).Adapun tujuan disusunnya laman ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mempelajari dan memahami tentang kesehatan jiwa dan kiat menjaganya agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Mengingat pandemi coronavirus yang kini sedang melanda amat memengaruhi kondisi psikis seseorang, terlebih karena sulitnya menjalin dan mempertahankan hubungan dengan sobat dan kerabat. Selain itu, mudahnya untuk merasa cemas, bosan, sampai dengan burnout karena dihadapkan pada suasana yang sama setiap harinya.Diharapkan dengan kehadiran program ini, masyarakat dapat mempelajari dan lebih terbuka pada masalah kesehatan jiwa. Sehingga nantinya, setidaknya program ini dapat mengurangi resiko terkena gangguan kejiwaan–baik yang disebabkan oleh keterbatasan saat pandemi atau karena alasan lainnya.

Mengenal Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa, atau yang dapat disebut juga kesehatan mental, sebagaimana menurut Kartika Sari Dewi dalam bukunya yang berjudul "Buku Ajar Kesehatan Mental" (2012) ialah:"Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari." (Dewi, 2012: iii)Meski awalnya hanya terbatas pada individu yang memiliki gangguan kejiwaan, dalam perkembangannya kini permasalahan ini juga diperuntukan pada individu yang sehat mentalnya. Lebih lanjutnya, bagaimana kemampuan seseorang mengeksplor diri sendiri yang kemudian berkaitan dengan interaksinya pada masyarakat (Fakhriyani, 2019). Maka dari itu, dalam laman ini sendiri akan lebih mengarah kepada bagaimana kita menjaga diri dan mengurangi potensi terganggu secara psikis."Menjadi bahagia adalah pilihan kita, tetapi untuk menuju ke sana diperlukan kebiasaan positif, pemahaman akan diri dan kendali atas hal tersebut, keharmonisan dengan lingkungan, dan rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang kita lakukan setiap waktu. " (Dewi, 2012: iv)Seperti apa sih pribadi yang sehat secara mental itu?
Dikutip dari Dewi (2012: 11): "Pribadi yang normal dan atau bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang adekuat dan bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma dan pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989)."

Urgensi Memahami Kesehatan Jiwa

Permasalahan kesehatan jiwa ini bukan lah hal yang sepele. Karena pada kenyataannya, masalah psikis sangat berpengaruh pada kesehatan fisik juga. Di samping itu, tanpa mengetahui apapun mengenai kesehatan jiwa ini dapat berdampak pada keseharian kita. Apalagi jika kita mengingat betapa pikiran-pikiran menganggu dapat memengaruhi aktivitas harian secara signifikan. Dengan mempelajarinya, setidaknya ketika hal menganggu tersebut datang, kita tau langkah apa yang harus diambil dan tidak panik atau mengabaikannya. Dengan demikian, dapat tercapai lingkungan yang harmonis dan sehat apabila diaplikasikan oleh setiap individu.

Kiat Menjaga Kesehatan Jiwa

Tidak dapat dipungkiri lagi, pandemi coronavirus (COVID-19) dapat terbilang menjadi alasan kuat terenggutnya kehidupan sehari-hari banyak orang di masa kini. Tentunya, hal ini pula dapat memengaruhi psikis seseorang. Maka dari itu, diperlukan usaha lebih untuk menjaga diri di tengah keterbatasan yang tengah kita alami. Berikut beberapa hal yang dapat kamu pratikan demi perawatan dan menjaga kesehatan mental diri versi UNICEF.Sadar dan menerima bahwa kecemasan yang dialami merupakan sesuatu yang wajar
Hal ini menjadi salah satu hal yang krusial untuk dipahami. Terkadang, ketika dihadapi suatu kesulitan, kita bukannya menerima dan mencoba mengatasi hal tersebut. Akan tetapi, malah denial dan cenderung lari dari kenyataan. Padahal, penting bagi kita untuk menyadari sebagai manusia, adakalanya masalah menerjang dan kita merasa lemah. Dan hal tersebut wajar saja terjadi. Bukan sesuatu yang harus menjadi aib bagi kita. Ketika hal tersebut datang, ada baiknya kita membagikan kecemasan tersebut pada orang terdekat dan menyadari bahwa kita tidak pernah sendiri.
Mencari pengalihan melalui kegiatan positif ataupun hobi
Ketika dihadapi pada masalah, kita perlu mengingat dan membagi masalah-masalah tersebut pada dua kategori. Kategori pertama adalah hal-hal yang dapat kita kontrol, sedang yang kedua adalah hal yang di luar kontrol kita. Ketika dari sekian banyak masalah yang sedang dihadapi masuk pada kategori kedua, saat itu lah kita perlu mencari pengalihan selagi belum menemukan penyelesaian. Pengalihan tersebut dapat berupa kesibukan yang berhubungan dengan pekerjaan pun mencari dan menjalankan kegiatan-kegiatan positif yang kita sukai. Sebagai contoh, membaca, menggambar, memasak, berolahraga, menjahit, mempelajari hal baru, bercocok tanam, dan lain sebagainya.
Mencari cara lain untuk tetap menjaga komunikasi dengan teman
Pandemi membatasi kita untuk berkomunikasi dengan orang terkasih. Pada saat ini lah, kita cenderung merasa kesepian karena sulitnya untuk sekedar bertemu dan mengobrol santai. Sebagai gantinya, manfaatkan lah media sosial yang ada untuk mengatasi rasa cemas tersebut. Misal, kegiatan menonton film bersama yang tadinya dilakukan dengan pergi ke bioskop dapat diganti dengan menonton secara daring melalui Google Meeting atau laman lain yang mendukung kegiatan tersebut.

"Kalau sudah bicara tentang perasaan yang menyakitkan,
satu-satunya jalan keluar adalah berusaha melaluinya.
"
— Dr. Lisa Damour, psikolog remaja dan penulis best seller serta kolumnis bulanan New York Times

Fokus pada diri sendiri terlebih dahulu
Pandemi mungkin memang secara garis besar membatasi kegiatan kita. Sehingga sebagian besar yang biasanya hampir tidak pernah melakukan kegiatan lain selain tidur dan makan di tempat tinggalnya, sekarang terpaksa melakukan beragam kegiatan di rumah. Termasuk bekerja dan sekolah. Hal ini memberikan ruang bagi kita untuk bernapas di rumah dengan sedikit lebih lega. Maka dari itu, kesempatan untuk mengeksplor diri pun bertambah. Waktu-waktu ini dapat menjadi saatnya melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat dikerjakan karena kurangnya waktu bersantai di rumah. Fokus mencari hal yang dapat lebih menghibur diri.
Menvalidasi untuk kemudian menyelami perasaan diri
Kehilangan kesempatan untuk menjalankan rencana dengan teman, acara untuk menyalurkan hobi, pertandingan olahraga, konser artis kesayangan yang entah kapan lagi akan ada, memang hal yang sangat mengecewakan. Maka cara terbaik untuk mengatasi kekecewaan ini ialah membiarkan dirimu merasakan rasa kecewa yang campur aduk tersebut. Setiap orang punya cara berbeda untuk mengolah perasaan. Yang penting adalah melakukan hal yang terasa benar bagimu karena pada akhirnya, yang paling mengerti dirimu adalah dirimu sendiri.
Senantiasa berbaik hati pada diri sendiri pun orang lain
Pandemi membawa beragam kesulitan pada banyak orang. Apabila salah satu dari orang yang kamu kenal terlihat sedang mengalami kesulitan, jangan lah ragu untuk membantu meskipun hanya dapat menawarkan kata-kata penyemangat. Dengan demikian, mereka tidak akan merasa terlalu kesepian dan menyadari bahwa masih ada orang yang memerhatikannya. Hal sekecil apapun dapat membawa perubahan. Lagipula, kini adalah masa terbaik untuk menjadi lebih bijaksana, terutama dalam hal mengambil keputusan dan kata-kata yang akan kita keluarkan.